Van Leur (1955, p. 88) dan George Wolters (1982, p. 97) menegaskan bahwa sumber Tionghoa hanya menyebut “a rich river port on the east coast of Sumatra,” tanpa menyebut Palembang. Anthony Reid (2004, p. 22) kemudian menambahkan bahwa Jambi memiliki kontinuitas budaya dan ekonomi lebih panjang daripada Palembang.
Dalam konteks lokal, arkeolog Indonesia Agus Aris Munandar (2013, p. 61) menyatakan bahwa bukti material di Jambi jauh lebih kompleks: sistem kanal, candi berlapis bata merah, sisa vihara, hingga urban planning kuno. UNESCO (2017, p. 56) menyebut, “Muaro Jambi is one of the most extensive archaeological temple compounds in Southeast Asia, associated with the ancient maritime empire of Srivijaya.”
Pendapat ini diperkuat penelitian internasional terbaru oleh Manguin & Christie (2021, p. 104) yang mengusulkan bahwa Sriwijaya adalah jaringan kosmopolitan dengan pusat administratif bergeser mengikuti faktor politik dan ekologi, dan Jambi merupakan pusat utama pada puncak kejayaan Buddhisme maritim abad ke-11.
Kebenaran Sejarah: Fondasi Peradaban Masa Depan
Toynbee (1957, p. 214) menegaskan bahwa bangsa yang memahami asal-usulnya memiliki ketahanan budaya yang tinggi menghadapi modernitas. Kebenaran sejarah bukan hanya tentang masa lampau, tetapi juga pijakan membangun masa depan peradaban.
Rekonstruksi sejarah Sriwijaya di Jambi adalah upaya merevitalisasi identitas bangsa dan kebanggaan Melayu Nusantara berdasarkan bukti ilmiah dan warisan arkeologis yang sahih.
Penutup
Perdebatan panjang tentang pusat Sriwijaya memperlihatkan bahwa sejarah tidak statis, melainkan terus ditafsir ulang seiring munculnya bukti baru. Saat ini, temuan arkeologis, epigrafis, dan sumber klasik menunjukkan kecenderungan kuat bahwa Jambi, dengan Kompleks Candi Muaro Jambi sebagai buktinya, merupakan pusat atau setidaknya jantung intelektual dan spiritual Sriwijaya.
Seperti dikatakan Nurcholish Madjid (1999, p. 203), “peradaban besar adalah yang mampu belajar dari sejarahnya sendiri.”
Dengan demikian, pengungkapan kebenaran sejarah Sriwijaya bukan sekadar nostalgia, tetapi langkah ilmiah menuju kebangkitan peradaban Melayu dan bangsa Indonesia di era modern.
(Penulis merupakan Guru Besar UIN STS Jambi)